‘Kring…Kring…Kriinnggg………’ jam beker Putri berbunyi. Menandakan pukul 07.00 pagi. Tapi Putri masih tertidur pulas.
“Berisik banget sih!!” kata Putri kesal dalam keadaan setengah tidur sambil menutupi telinganya dengan bantal.
“Non.. bangun. Udah jam tujuh” kata Mbok Minah pembantu Putri.
“HAH?? JAM TUJUH??” Kata Putri kaget setengah mati sambil melihat jam bekernya.
“Mati gue terlambat!! Mbok gimana sih bukannya bangunin dari tadi” kata Putri langsung terburu-buru ke kamar mandi.
“Ye… Nonnya aja tuh molor terus kayak kebo” jawab Mbok Minah sambil merapikan kasur Putri.
Upacara bendera sudah di mulai. Vika sahabat Putri gugup menunggu Putri belum datang-datang. Putri memang kebiasaan terlambat terus. Putri yang cantik, baik, pinter, idola cowok-cowok sekolah punya sifat buruk juga. Udah Lola (loading lama), males, jorok, pikun, de-el-el…
Pintu gerbang sudah mau di tutup. Putri lari-lari ngos-ngosan.
“Pak… tunggu…” kata Putri lari-larian.
“Kamu lagi… kamu lagi… cewek terlambat terus!!” bentak Pak Joko satpam sekolah Putri. Yang nyeremin banget, udah gendut, kumisnya kayak Pak Raden. Ih… pingsan kali liat dia.
“Maaf Pak… tuh Bapak aja tau sendiri kalo saya sering terlambat. Jadi saya boleh masuk kan Pak?” kata Putri langsung buru-buru masuk. Tapi Pak Joko langsung menarik tangan Putri.
“Eits… mau kemana kamu? No…no… no…” kata Pak Joko menarik baju Putri.
“Lho Pak?? Biasanya juga di izinin??” kata Putri cemberut.
“Sekarang saya berubah pikiran!! Kalo kamu terlambat lagi saya gak mau ngizinin kamu masuk!!” kata Pak Joko langsung menutup pintu gerbang. Putri akhirnya pasrah juga dan duduk di bawah pohon kayak anak ilang.
“Sendirian aja nih??” kata cowok yang tiba-tiba mengahampiri Putri.
“Eh.. elo? Kok lo gak masuk?” tanya Putri.
“Gimana mau masuk? Pintunya aja di gembok?” jawab Vino. Vino teman Putri waktu SMP, dia itu cakep, baik, pinter, tajir, romantis lagi. Dulu Putri pernah kesambet, tapi Putri sok jaim gitu.
“Oh iya ya… ? hehe… gue lupa. Tumben terlambat?”
“Tadi gue nungguin lo dulu. Ups…” kata Vino sambil menutup mulutnya.
“Nungguin gue? kapan? Dimana? Ngapain?” tanya Putri bingung.
“Gak kok. Udah lah lupain aja” kata Vino. Putri masih menatap Vino dengan heran.
“Gimana kalo kita lewat pintu belakang aja?” Vino mengalih pembicaraan.
“Terserah deh… yang penting gue bisa masuk. Panas nih” jawab Putri malas. Akhirnya Putri menuruti kata Vino. Mereka pun bisa masuk.
***
Keesokkan harinya…
”Tumben gak terlambat?” sindir Pak Joko sambil membaca Koran melirik Putri yang baru saja datang.
“Gue gitu loh” jawab Putri jutek.
“Bilang aja mau ngerjain PR” Kata Pak Joko nyindir. Putri Cuma mencibir-cibir bibirnya.
“Eh… Vik da PR gak?” tanya Putri.
“Gak ada. Put liat deh di bawah kolong lo!” kata Vika. Putri meraba-raba kolong mejanya dan mengambil setangkai bunga mawar yang indah dan amplop berwarna pink.
“Dari siapa nih?” tanya Putri heran.
“Meneketeng-teng” jawab Vika mengangkat bahunya.
“Put, buka dong suratnya. Bacain ya?” kata Vika. menyikut lengan Putri. Putri membuka suratnya dan membacanya.
To : Putri
Kau bagaikan
Matahari
Yang selalu membuatku
Hangat di sisimu
Kau bagaikan
Pelangi
Yang mewarnai
Hari-hariku
Kau bagaikan
Bulan
Yang menerangi
Malam ku
Kau bagaikan
Bintang-bintang
Yang selalu bersinar
Menemaniku yang kesepian ini
Ku ingin
Kau menjadi
Segalanya untuk ku…
“Uh… so sweet…” kata Vika terkesima dengan puisi itu.
“Gila… romantis banget. Btw, siapa ya yang ngasih? Apa bener ini emang buat gue”
“Oneng…oneng… jelas-jelas To Putri… gimana sih loe?!” kata Vika kesal. Putri mulai kumat lagi.
Sepulang sekolah…
“Putri, sorry nih gue gak bisa pulang bareng. Coz, gue mau ke kantor nyokap gue dulu” kata Vika.
“Yaudah. Yah… gue jalan deh…” kata Putri melas.
“Maaf banget deh Put…”
“Yaudah ya gue duluan. Dadah…” kata Vika melaju dengan mobil Honda Jazznya.
“Putri mau bareng gak??” Vino menghampiri Putri dengan motornya.
“Bener neh lo mau nganterin gue pulang?” tanya Putri ragu.
“Iya. Cepet naik” kata Vino. ‘akhirnya gue ngirit ongkos. Lumayan’ batin Putri.
Di perjalanan…
“Put gue boleh nanya gak?”
“Nanya paan?”
“Ada yang marah gak nih gue nganterin lo pulang?”
“Marah??” Putri mulai lola lagi.
“Iya marah. Siapa kek gitu yang marah? Cowok lo mungkin?” Pancing Vino.
“Cowok gue? gue belum punya cowok kali?”
“Masa cewek cantik kayak lo belum punya cowok?”
“Yang ngantri sih banyak tapi belum ada yang srek. Hehe…gue pingin punya cowok yang baik, gak egois, perhatian, setia, cinta gue apa-adanya, romantis… “ kata Putri cerita.
“Lo yakin akan dapet cowok seperti itu?”
“Gak tau deh…” jawab Putri cengar-cengir.
“Di dunia ini manusia tidak ada yang sempurna.pasti mempunyai kekurangan” kata Vino tersenyum.
“Oh… apa angan-angan gue itu berlebihan?”
“Gak juga. Ciri-ciri itu pasti banyak yang nyari”
“Apa gue akan dapet cowok seperti itu?”
“Gue gak yakin. Tapi gue tau pasti cowok yang lo maksud ada di depan lo sendiri” kata Vino tertawa.
“Wuu… dasar! PD banget!”
“Gue akan buktiin kalo gue emang cowok yang lo cari” kata Vino serius.
“Oh ya??” Putri masih tidak percaya.
***
“Eh Put, liat kolong meja lo lagi deh!!” kata Vika.
“Paan sih?? Males ah… ganggu gue ngerjain PR aja!” jawab Putri yang lagi sibuk ngerjain PR Biologinya. Putri paling males ngerjain PR, apalagi IPA.
“Lo yakin gak mau liat di bawah kolong meja lo?” lirik Vika sambil menyikut lengan Putri. Akhirnya Putri mengambil juga. Ada sebuket bunga dan surat lagi. ‘Puisi lagi… puisi lagi’ batin Putri bingung.
Tatapan matamu
Seperti cahaya
Bintang-bintang
Yang bersinar di malam hari
Senyuman bibirmu
Sangat indah
Seperti bulan
Menerangi malam
Kata-kata indahmu
Seperti alunan
Ombak yang merdu
Di pantai cinta
Ku ingin
Kau menjadi bintang ku
Yang selalu menyinari
Gelap sunyinya malam
Dan selalu
Menghiasi hari-hari ku ini
Jangan pernah
Tinggalkan aku sendiri Putri…
Izinkan aku tuk berada di sampingmu selalu
“Dari siapa sih Put?” Tanya Vika penasaran.
“Gak tau. Gak ada nama pengirimnya” jawab Putri bingung.
“Fans lo kali? Wah…wah.. Putri punya secret admirer nih?” goda Vika sambil tertawa.
“Gak gentle. Beraninya cuma bisa ngirim bunga and bikin puisi tapi dengan cara diam-diam?” kata Putri kesal.
”Oh gitu ye? Gue tau siapa orangnya!” kata Vika memancing.
“Sumpeh loe? Siapa orangnya?” Tanya Putri penasaran.
“Kalo lo masih inget kejadian yang aneh kemaren-kemaren, lo pasti tau orangnya. Lo kenal dia kok. Tapi menurut gue lo gakkan inget. Lo kan pikun!” ledek Vika.
“Sial… kalo gue inget gimana?”
“Bagus itu. Berarti lo ada kemajuan” jawab Vika. Putri jadi sebel memanyunkan bibirnya sambil tertunduk.
“Nggak kok say. Gue cuma bercanda, jangan di masukkin ke hati dong. Udah ntar aja liat pulang sekolah di lapangan” kata Vika merangkul Putri.
“Di lapangan??” Tanya Putri bingung.
“Udah slow aja lagi. Pangeranmu akan datang. Hahaha….” Kata Vika tertawa.
“Ih… Vika… kasih tau gak?”!” kata Putri memukul-mukul Vika.
“Ih… sakit tau!! Gak bakal gue kasih tau!! Ntar lo juga tau sendiri!! INGET KATA-KATA GUE TADI. Simpen di disket otak lo!”
“Vika jahat gak mau ngasih tau…….” Jawab Putri kesal sambil ngoceh-ngoceh gak jelas. Vika sibuk dengerin MP3 gak peduliin Putri ngomong. Akhirnya Putri nyerah juga.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Nampaknya anak-anak pada berlarian ke lapangan, Vika juga ikut-ikutan.
“Vika… tungguin gue…” kata Putri teriak-teriak yang sibuk ngerapiin bukunya. Lapangan basket sudah di kelilingi anak-anak. Putri jalan sendirian di lorong sekolah. Semua anak-anak teriak-teriak memanggil Putri sambil bertepuk tangan. Empat orang cewek menarik-narik tangan Putri ke tengah lapangan.
“Woy apa-apaan sih nih??” kata Putri marah-marah. Sampai di tengah lapangan, Putri terkejut melihat Vino dan temen-temen bandnya.
“Hay Putri…” kata Vino menghampiri.
“Ada apa sih Vino?” Putri masih bingung. Tiba-tiba Vino menghampiri Putri dan memegang tangan Putri.
“Putri ini semua aku yang ngerencanain. Ini semua untuk kamu” kata Vino.
“Maksud ini semua apa?” tanya Putri bingung. Vino langsung berlutut di depan Putri sambil memegang tangan Putri. Putri jadi deg-degan.
“Putri… aku mau ngungkapin isi hatiku ini padamu. Putri kau bagaikan matahari yang slalu membuat ku hangat di sisimu, Putri kau bagaikan pelangi yang mewarnai hari-hariku, Putri kau bagaikan bulan yang menerangi malam ku, Putri kau bagaikan bintang-bintang yang slalu bersinar menemaniku yang kesepian ini. Putri ku ingin kau menjadi segalanya untukku… Putri maukah kau menerima hati ku ini untuk memasuki ruang di hatimu? Kamu tau bunga dan puisi-puisi yang ada di kolong meja kamu? Itu semua dari aku” kata Vino. Putri beku di tempat dengar kata-kata Vino tadi. Vino langsung berdiri.
“Putri aku ingin persembahkan lagu untukmu. Aku harap kamu suka lagu ini” kata Vino mengambil gitarnya. Teman-teman bandnya juga ikut membantu mengiringi lagu yang di nyanyikan Vino, yang berjudul “DI SINI UNTUKMU” lagu yang di buat group band UNGU. Semua anak-anak bertepuk tangan.
Seandainya kau tau betapa
Ku sangat inginkan dirimu
Seandainya kau tau apa yang
Ada di dalam isi hatiku
Akankah bisa ku nyatakan
Rasa cinta dalam hatiku
Dan akankah bisa
Ku nyatakan bahwa kaulah
Yang terindah untukku…
Masih disini… menantimu…
Berharap kau akan memikirkanku…
Masih disini… menunggumu…
Menanti jawaban atas cintaku…
Masih disini… menantimu…
Berharap cinta kita kan bersatu…
Masih disini… menuggumu…
Menanti dirimu kembali… untukku…
Semua bertepuk tangan dengan keras. Vino tersenyum manis. Senyumannya yang mampu membuat cewek-cewek pingsan. Vino mendekati Putri.
“Putri gimana? Kamu tau kan maksud lagu itu. Aku mau jawaban kamu sekarang” kata Vino memohon.
“Trima…trima… trima…” kata anak-anak teriak-teriak sambil bertepuk tangan. Vino menatap Putri dalam-dalam. Akhirnya Putri luluh juga. Semua yang di lakuin Vino tidak sia-sia membuat hati Putri terbuka. Putri menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
“Maksud kamu? Kamu mau terima aku?” tanya Vino ragu.
“Iya…” jawab Putri. Saking senangnya Vino memeluk Putri. Teman-teman bandnya berlompat-lompatan senang bersama anak-anak. Vika juga ikut senang, dari kejauahan Vika tersenyum dengan Putri, Putri membalasnya. Sekarang Putri tau pangerannya itu. Ternyata Vika kerja sama dengan Vino. Akhirnya mereka jadian..
selesai