Batik Peplum by Annisa Rafika Sarinastiti
Batik Peplum
Senin, 29 Desember 2014
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
22.50
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
fashion
Floral Dress
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
09.05
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
fashion
Model Baju Blouse dan Celana Hijab
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
09.04
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
fashion
Cardigan Lurik
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
08.38
1 komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
fashion
Proses-Proses Produksi Busana Industri
Minggu, 28 September 2014
PROSES PRODUKSI (
Production Procces )
- Pengertian Proses
Produksi
Proses produksi adalah
urutan atau usaha yang dilakukan untuk menghasilkan produk (baru) yang telah
direncanakan yang berasal dari pengolahan satu atau lebih bahan dasar atau
bahan baku.
- Proses Produksi
Busana Industri
1.
Pattern
Maker
Tugas utama dari bagian ini adalah membuat dan
menggandakan pola, serta menyusun panel dalam marker
untuk mengoptimalkan efisiensi penggunaan fabrics. Pada saat order baru datang, bagian ini menerima detail
order dan mini marker dari buyer (
hanya buyer tertentu yang memberikan mini marker ). Mesin Gerber
Garment Technology (GGT) akan melakukan editing mini marker ntuk mendapatkan
efisiensi yang lebih baik dari marker tersebut. Dengan
efisiensi yang optimal maka konsumsi material
juga akan lebih optimal, selama masih dalam batas toleransi dan allowance. Biasanya efisiensi marker berkisar 75 –80%. Jika buyer
tidak memberikan mini marker, mesin Gerber
akan membuat marker sendiri dengan spesifikasi dari buyer. Mini marker biasanya dicetak dalam kertas A4 dan didistribusikan ke
bagian cutting. Cutting akan menyusun cutting
list, material consumption,
spreading report dan material report. Setelah mini marker disetujui oleh pimpinan cutting
dan menerima material consumption dari cutting, pola dicetak dengan marker yang
berukuran aktual dengan mesin GG.
a)
Macam-macam
Marker Layout
Gambar 1.
Nap One Way
Spread
: Face One Way, Nap One way (for high Quality)
Gambar 2. Nap
Either Way
Spread : Face
One way, Nap Up and Down
Gambar
3. Open, Nap Either Way
Spread :
Face to face, Nap Up and Down
2.
Sample
Room
Bagian ini mempunyai tangung jawab dalam membuat
sample produk garmen sebelum masuk ke bagian
produksi. Sample room bersifat independen karena bagian lain tidak terlibat dalam proses pembuatan sample ini.
Setelah menerima
original sample dari buyer bagian ini akan membuat sample dengan menggunakan fabrics yang karakteristiknya mirip dengan
material sesungguhnya, sample ini disebut counter
sample yang kelak akan didiskusikan dengan buyer. Setelah buyer setuju kemudian bagian ini membuat Pre Production
Sample (PPS) dengan menggunakan fabrics sesuai
spesifikasi dari buyer. PPS ini kemudian didstribusikan ke Marketing, representative buyer, maupun ke buying
agent. Dari PPS ini sample room akan
menentukan proses kritikal, flow proses, jenis mesin dan aksesories maupun attachment yang digunakan dengan koordinasi dengan bagian
Industrial Engineering.
3.
Cutting
Bagian ini merupakan bagian pertama dalam proses produksi
yang mempunyai job utama memotong material
meliputi : fabrics, lining atau interlining untuk
dijadikan panel yang siap untuk dilakukan proses
penjahitan. Perlakuan dan teknik pemotongan setiap fabrics bervariasi tergantung dari karakteristik fabrics.
Maka dari itu pada bagian ini diperlukan skill operator
yang bagus dan mempunyai keahlian yang diatas standar. Dalam melakukan pekerjaannnya bagian ini berkerjasama
dengan planning , sample room
dan pattern maker.
Proses penerimaan material berupa fabrics di bagian ini
dimulai dengan proses transfer material
dari gudang fabrics yang berada di bagian terpisah. Setelah menerima barang dari gudang tersebut, akan dilakukan beberapa tahapan
proses diantaranya :
-
Spreading
: fabric digelar secara manual
atau dengan alat bantu berdasarkan karakteristik
fabrics.
-
Cutting : fabrics dipotong sesuai dengan pola menjadi
beberapa panel.
-
Repinning
: menyusun kembali panel yang
sudah dipotong ke dalam beberapa block,
perlakuan ini dikhususkan fabrics dengan corak bergaris atau kotak .
-
Numbering
: penomoran atau pemberian kode
pada setiap panel, dengan tujuan untuk
menghindari permasalahan di proses selanjutnya pada saat penggabungan panel, misalnya : jika dijumpai warna belang ,
corak tidak sesuai dll.
-
Bundling
: melakukan proses
pengelompokkan panel berdasarkan tipe fabrics, ukuran, warna dan jumlah dengan tujuan untuk mengontrol
masing masing panel pada saat dijahit.
-
Ironing : menyetrika interlining sebelum proses fusing
dan mengabungkan dengan fabrics. Tujuan proses
ini adalah untuk merekatkan dan menempelkan interlining pada panel.
-
Fusing : memanaskan dan mengepres panel dan
interlining, dilakukan setelah panel
fabrics dan interlining di setrika dan diberi kode. Tujuannya adalah memperkuat daya rekat interlining terhadap panel.
-
Embroidery
: secara umum bordir adalah
merek atau label dari buyer yang direkatkan pada
panel. Biasanya proses ini dilakukan oleh sub contractor.
-
Sloper : Mengepaskan / Refitting panel terhadap proses
pola.
-
Loading
ke sewing : mengirim potongan
panel dan komponennya dalam bundle ke bagian
sewing .
4. Sewing
Merupakan bagian produksi setelah cutting yang
melakukan proses pembuatan garmen
dengan menggabungkan beberapa panel menjadi sebuah produk berupa baju, shirt, skirt, dress, pants, vest, skort, jacket atau produk garmen lain yang sesuai dengan spesifikasi detail yang sudah ditetapkan dengan buyer. Sewing
merupakan proses utama dari keseluruhan proses
produksi garmen dan terdiri dari beberapa operasi yang memerlukan karyawan banyak.
-
Sewing bekerja sama dengan Planning memberikan Detail
Order (DO) termasuk comment dari buyer.
-
Planning
memberikan material
requesition (MR) yang memuat materi yang dibutuhkan.
-
Planning
memberikan seluruh informasi
dari buyer ke bagian sewing berupa comment atau
tambahan informasi mengenai sample. Dan sample yang telah disetujui oleh buyer tersebut menjadi referensi bagi
sewing.
-
Panel yang
telah dipotong dan di beri fusing di transfer ke bagian sewing dan dilakukan per style atau per lot untuk menghindari
tercampurnya panel satu jenis dengan jenis
lainnya.
-
PPS atau
pilot adalah contoh garmen yang dibuat oleh line pilot atau supervisor atau berdasarkan sample yang telah disetujui buyer. Tujuan
dibuatnya PPS adalah untuk menemukan kesulitan saat menjahit,
menentukan time study, menentukan work
study , keakuratan spesifikasi ukuran , dan sebagai petunjuk untuk membuat pre lay out mesin.
-
Pengecekkan
PPS / Pilot dilakukan oleh kepala departemen sewing, sample room dan QC
buyer. Masing masing pihak tersebut memberikan informasi tambahan, menentukan proses kritikal dan
memberikan solusi atau metode kerja yang
benar berkenaan dengan tingkat kesulitan produk yang akan dibuat.
-
Bagian Industrial
Engineering akan terlibat dalam proses tersebut dengan memberikan gambaran mengenai hasil time study dan method
study serta lay out mesin. Setelah semua
proses tersebut dilalui, manajer sewing akan memberikan keputusan bahwa proses produksi massal segera
dimulai.
5.
Finishing
Merupakan bagian terakhir dari urutan proses produksi
yang mempunyai tugas utama memastikan bahwa produk
yang akan dikirim dalam keadaan yang baik dan sempurna dari segi mutu, penampilan dan kesesuaian dengan
spesifikasi pengepakkan yang telah ditentukan oleh
buyer. Tahapan proses yang pada umumya dilakukan oleh beberapa produsen garmen adalah:
-
Bahan baku
dalam proses finishing berupa brand label, price tag ditransfer
dari store dan dilakukan pencatatan.
-
Button
hole process menggunakan mesin
button hole dimana ukuran lobang disesuaikan
dengan spesifikasi ukuran yang ditentukan buyer.
-
Attach
button adalah proses memasang
kancing dengan button stitch machine.
-
Attach
shoulder pad, hanya style
tertentu yang menggunakan shoulder pad, tergantung dari design. Proses ini menggunakan mesin bartack
atau button stitch machine yang dimodifikasi.
-
Trimming, membuang semua sisa benang yang masih menempel
pada garmen. Ada juga garmen yang dilakukan proses
pembersihan kotoran berupa debu, sisa benang,
sisa fabrics dengan menggunakan blower.
-
Metal
Detector, memasukkan produk
garmen kedalam alat untuk memindai adanya logam
atau komponen yang tidak diinginkan yang membahayakan customer misalnya: patahan jarum jahit. Proses ini
merupakan proses sampling dan bersifat
optional .
-
Ironing, atau proses setrika dilakukan dengan menggunakan
2 metode yaitu :
a. Melakukan kontak setrika langsung dengan garmen
contohnya yang terbuat cotton.
b.
Steam
iron, dengan menggunakan uap
panas untuk menghindari kekerutan fabrics
misalnya viscose.
o
Khusus
garmen yang terbuat dari soft fabric yang mudah kerut, proses penyetrikaan dilakukan setelah ditransfer dari sewing sebelum
pembuatan lubang kancing,
o
Memasang
identitas produk garmen berupa :
1) Price tag , label harga jual garmen di toko atau retail.
2)
Hang Tag
, memuat merk atau logo
produsen .
3)
Brand
label atau label yang memuat
lambang atau logo atau merek.
-
Garmen
dilipat secara manual sesuai dengan detail dari buyer dan tidak semua produk garmen dilipat karena ada garmen yang digantung
dengan memakai hanger.
-
Polybag, garmen dimasukkan ke dalam kantung plastik
untuk menghindari debu dan pemasangan stiker di
polybag.
-
Produk
akhir / finish good siap dikirim ke packing untuk dipack dengan
kardus.
Peranan bagian Quality
Control di area finishing biasanya dilakukan setelah proses trimming atau proses setelah pamasangan label
sebelum masuk ke polybag.
Fungsi QC lebih
cenderung sebagai penjamin mutu barang sebelum dikirim ke packing atau sebagai Quality Assurance. Dalam setiap line
di finishing ditempatkan seorang QC operator untuk menjamin kualitas garmen yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan buyer.
6. Quality
Control
Beberapa job description dari bagian pengawasan kualitas
ini adalah:
Melakukan koordinasi dengan perwakilan buyer ketika order
datang dalam hal memastikan kualitas produk
garmen.Menerima dan melakukan inspeksi bahan baku ( fabrics dan benang ). Melakukan
pemeriksaan production pilot dan produk dari produksi massal. Biasanya QC akan
memproduksi beberapa produk sebagai sample dan membandingkannya dengan PPS, jika production pilot memiliki
hasil produksi yang bagus baru produksi
massal dapat dimulai. Biasanya ada beberapa sub dari bagian ini:
QC in line QC atau Roving QC adalah personel QC yang berada di setiap line dan melakukan pengecekkan di setiap operasi sewing.
QC end line,
adalah personel QC yang berada di ujung proses sewing line dan memeriksa satu bagian produk garmen secara keseluruhan.
Jika dijumpai cacat produk atau defect akan
dikembalikan ke sewing line dengan segera untuk dilakukan perbaikan.
Quality Assurance, sub bagian ini di beberapa perusahaan ada yang berdiri sendiri atau dibawah bagian QC. Biasanya QA ada di bagian Finishing dan berkordinasi dengan QC line.
C. Karakterisitik Busana Industri
Busana industri
adalah pakaian yang dibuat secara massal untuk dijual
dalam keadaan siap pakai. Busana industri tidak diukur menurut pesanan
perorangan, tetapi menurut ukuran yang sudah ditentukan atau menggunakan ukuran
standar (S, M, L, XL), dijahit dalam partai besar, pengerjaan dan penyelesaian
jahitan 100% menggunakan mesin industri, proses penjahitan atau sewing
dilakukan sesuai alur yang sudah ditentukan. Di dalam industry garmen
pengerjaan dalam sehari mampu mencapai 1000 pcs atau lebih.
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
08.43
4
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
info
Gamis Songket
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
08.18
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
fashion
Trend 2014 Cardiomind
Jumat, 30 Mei 2014
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
11.11
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
fashion
Cara Menggambar Karakter Wajah dan Pose Tubuh
Minggu, 11 Mei 2014
KARAKTER WAJAH
1.
Wajah Asia
Ciri-ciri
wajah Asia, yaitu:
1. Relative membulat, jika dagunya meruncing tidak
membentuk sudut
2. Perona pipi ( blash on) menyebar rata, sehingga
tidak menonjolkan tulang rahang/ tulang pipi
3. Alis tipis melengkung datar mengarah keatas
4. Mata sipit dengan sudut luar mengarah keatas tanpa
lipatan kelopak mata
5. Bola mata berwarna gelap
6. Earliner atas lebih gelap dengan bulu mata pendek
nyaris tidak kelihatan
7. Kuping hidung datar dengan shading samar-samar
8. Bibir tipis
9. Kulit cenderung kuning atau ocher
10 Rambut lurus
warna gelap
2.
Wajah Eropa
Ciri-ciri
wajah Eropa, yaitu:
1. Cenderung bersudut dengan rahang tajam
2. Alis melengkung datar cenderung bersudut
3. Jarak mata dan alis cenderung dekat
4. Ukuran mata sedang dengan lipatan kelopak mata
5. Bulu mata panjang, lentik dan rata
6. Bola mata berwarna terang dengan earliner lebih tua
disbanding bola mata
7. kuping hidung tajam dengan shading tulang hidung
jelas
8. Bibir berukuran sedang cenderung bersudut
9. Perona pipi memunculkan efek tulang pipi
10. Warna kulit
mengarah ke salmon
11.Rambut berwarna
terang
3.
Wajah Afrika (Afro)
Ciri-ciri
wajah Afrika (Afro), yaitu:
1. Cenderung bulat dengan tulang-tulang wajah tampak
menonjol ekstrim
2. Alis melengkung tinggi
3. Jarak mata dengan alis jauh
4. Kelopak mata lipatannya jelas dan tebal
5. Bola mata berwarna gelap
6. Earliner wanra gelap dengan bulu mata panjang,
lentik namun jarang
7. Hidung dengan tulang cuping datar dengan shading
tulang hidung samar-samar
8. Perona pipi lebih menonjolkan tulang pipi
9. Bibir tebal membulat
10. Kulit gelap
cenderung coklat tua atau hitam
11. Rambut keriting
POSE TUBUH
Macam-macam
Pose :
1. POSE STANDAR
Pose dalam ilustrasi mode yang
digunakan untuk busana kerja, busana siap pakai, maupun busana sehari – hari
2. POSE FEMININ
Pose dalam ilustrasi modeyang
digunakan untuk busana pesta, kebayaatau busana daerah serta busana – busana
dengan stell interli
3. POSE MASKULIN
Pose dalam ilustrasi mode yang
digunakan untuk busana casual unik, busana dengan stell ekstrim seperti
harazuku, pank, under grow, serta busana – busana dengan karakter maskulin
Kriteria
Pembuatan :
1. Pose
standar : Kebanyakan wajah tampak depan, tidak mendongak kaki segaris (tidak
terbuka) gerak jari tidak dilentikan
2. Pose feminine
: Kebanyakan wajah agak menunduk, mata agak tertutup, jari dilentikan, kaki
sedikit terbuka
3. Pose
maskulin : wajah mendongak keatas, tangan dipinggang, kaki ekstrim (dibuka),
posisi kaki tumpuan (lebih tinggi atau panggul)
4. Kaki
tumpuan
Memiliki
posisi yang mendekati sumbu imajiner (garis sumbu) atau minimal sejajar dan
pada umumnya memiliki posisi panggul yang lebih tinggi dibandingkan dengan
panggul yang bebas.
5. Garis
imajiner
Garis yang tidak
perlu digambar yang melewati tengah leher atau pusat dengan posisi vertikal,
sejajar vertikalnya tepi bidang gambar.
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
01.38
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
fashion
Pengetahuan Tekstil
PENGETAHUAN TEKSTIL
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang
diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan
berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain,
pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan
tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
- Berdasar jenis produk/ bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian/ produk kerajinan dll).
- Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran.
- Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar.
- Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.
Pengetahuan
tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat diperlukan untuk mengenali,
memilih, memproduksi, menggunakan dan merawat berbagai produk tekstil seperti
serat, benang, kain, pakaian dan tekstil lenan rumah tangga lainnya.
Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik, sifat serat penyusunnya serta proses
pengolahannya seperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang ditenun menjadi
kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi produk jadi. Oleh
karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik
pengolahannya menjadi bahan tekstil.
Karakteristik dan
sifat serat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi pemilihan peralatan,
prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama proses
pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang.
Syarat-syarat jenis serat agar dapat diolah
menjadi produk tekstil adalah sebagai berikut :
1.
Perbandingan panjang dan lebar yang besar
2.
Kekuatan yang cukup
3.
Fleksibilitas tinggi
4.
Kemampuan Mulur dan elastis
5.
Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6.
Memiliki daya serap terhadap air
7.
Tahan terhadap sinar dan panas
8.
Tidak rusak dalam pencucian
9.
Tersedia dalam jumlah besar
10.
Tahan terhadap zat kimia tertentu
Pemilihan kualitas bahan tekstil
pada umumnya dilakukan dengan metode:
1. Metode uji sensoris
Metode ini biasanya dilakukan oleh
konsumen tekstil (masyarakat umum) ketika membeli bahan tekstil dari toko,
pasar, pedagang atau lainnya. Dalam memilih bahan tekstil biasanya konsumen
melakukan dengan cara dilihat, dipegang, diraba, diremas, diterawang, dibentang
dan lainya yang hanya mengandalkan kemampuan panca indera manusia. Disamping
itu biasanya konsumen juga melihat berdasar struktur harga (semakin mahal
semakin baik), merk yang telah dikenal dan lainnya. Validitas metode uji
sensoris ini sangat tergantung pada pengalaman si konsumen
2. Metode uji teknis/ laboratories
Metode ini dilakukan oleh para
produsen (industri), pedagang, akademisi dan pelajar untuk menentukan kualitas
bahan tekstil. Metode uji teknis/laboratories ini memerlukan peralatan
pengujian, standar pengujian, ruang pengujian di samping kemampuan panca
indera. Untuk pengujian teknis ini dibedakan menjadi pengujian secara fisika
dan pengujian secara kimia. Hasil pengujian teknis ini dapat
dipertanggungjawabkan dan memiliki tingkat validitas yang tinggi serta memenuhi
standar-standar kualitas (SII/SNI, ISO, JIS, ASTM, AATCC dll) yang berlaku pada
tingkat lokal, nasional dan internasional
1. Jenis-jenis Serat
Pada
dasarnya serat tekstil berasal dari tiga unsur utama, yaitu serat yang berasal
dari alam(tumbuh-tumbuhan dan hewan), serat buatan(sintetis) dan galian (asbes,
logam).
a. Serat
alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain: kapas, lenan,
rayon, nenas, pisang. Serat alam yang berasal dari hewan yakni: dari bulu
beri-beri, adapun bahan yang berasal dari serat tersebut adalah bahan
wol.sedangkan serat dari ulat sutra menghasilkan bahan tekstil sutra
b. Serat
buatan (termoplastik) bahan
tekstil yang berasal dari serat buatan ini adalah berupa Dacron, polyester,
nylon.
c. Serat
galian
Serat galian
adalah yang berasal dari dalam tanah.contoh asbes dan logam, benang logam.bahan
asbes banyak digunakan untuk sumbu kompor minyak tanah, untuk mengisi aneka
bunga yang berasal dari bermacam-macam bahan tekstil seperti: stoking, nylon,
tula dan bahan rajutan.
Serat logam lebih
banyak digunakan untuk membuat bermacammacam jenis benang, seperti, benang
emas, benang perak, tembaga, aluminium, selain itu ada pula benang logam yang
dilapisi dengan plastik.
Apabila benang
logam tersebut akan di tenun, sebaiknya di gabung dengan benang dari bahan
lain. Hal ini disebabkan benang logam tersebut memiliki sifat kaku dan sukar
dipelihara.
Benang logam ini
banyak ditemukan pada bahan tekstil seperti:borkat, lame, tenunan songket yang
ditemukan diseluruh daerah Indonesia antara lain: songket pandai sikek, songket
silungkang, songket kubang, songket palembang, songket Kalimantan, songket
jambi dll.
2. Sifat bahan tekstil
a. Katun
Sifat-sifat
bahan katun adalah bersifat hidroskopis atau menyerap air, mudah kusut, kenyal,
dalam keadaan basah kekutannya bertambah lebih kurang 25%, dapat disetrika
dalam temperatur panas yang tinggi, katun lenan tersebut mengandung lilin, oleh
sebab itu tidak perlu dikanji. Katun lenan ini tidak tahan chloor. Sementara
rayon lebih licin dan mengkilap, tidak menghisap debu dan kotoran, karna
kotoran itu melekat hanya pada permukaan bahan saja. Sedangkan sintetis
sifatnya tidak jauh berbeda dengan katun lainnya
b. Wol
Bahan
wol memiliki sifat sangat kenyal hingga tidak mudah kusut, bila wol dipanaskan
ia akan menjadi lunak karena kenyalnya berkurang. Wol mengikat, panas, karena
serabut wol keriting. Udara dalam pori-pori wol bertahan, bila dipakai dapat
mengantarkan panas, wol tidak tahan akan nyengat.
c. Sutera
Bahan
sutera memiliki sifat lembut, licin dan berkilap, kenyal dan kuat. Dalam
keadaan basah sutera berkurang kekuatannya 15%. Bahan sutera tahan ngenyat,
banyak menghisap air dan bila dipergunakan memberi rasa sejuk.
d. Dacron,
Polyester dan Nylon
Bahan tekstil ini apabila dicuci cepat
menjadi kering, tidak kusut jadi tidak perlu di setrika, kuat dan tahan lama
dipergunakan, lebih tahan panas.
e. Brokat,
lame dan songket
Bahan tekstil/ busana
yang berasal dari brokat, lame dan songket ini mudah berubah warna, tidak mudah
kusut, kurang menyerap air, tidak tahan temperatur setrika yang tinggi.
Diposting oleh
Annisa Rafika Sarinastiti
di
01.35
1 komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
info
Langganan:
Postingan (Atom)